Saat membicarakan hal-hal berbau perusahaan dan semacamnya, kita seringkali mendengar istilah audit. Sebenarnya apa, sih arti kata audit ini? Audit yang berkaitan erat dengan proses pemeriksaan ini memiliki arti penilaian/evaluasi atas suatu perusahaan, organisasi, proses, produk, atau bisa juga sistem. Pemeriksaan meliputi informasi – informasi yang dapat diukur dengan kriteria yang telah ditetapkan. Audit tidak dilakukan oleh sembarang orang. Proses ini dilakukan oleh pihak yang netral (tidak memihak), bersikap objektif, serta kompeten dalam bidang ini. Orang yang melaksanakan tugas audit disebut auditor. Hasil audit berupa opini tentang objek pemeriksaan audit apakah sudah dilakukan dengan benar dan sesuai keterangan.
Penting tidaknya audit
Proses audit pada perusahaan biasanya dilakukan pada pemeriksaan laporan keuangan. Hal ini penting dilakukan karena dari laporan keuangan, kompetensi dan kondisi keuangan sebuah perusahaan dapat terlihat. Opini dari auditor dapat menjadi tafsiran apakah laporan keuangan suatu perusahaan masuk akal. Dari proses audit ini pula dapat dideteksi ada atau tidaknya kecurangan dalam laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan. Opini tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu pertimbangan bagi para stakeholders dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan perusahaan tersebut.
Kapan sih, audit mulai menjadi penting?
Kosa kata audit mulai dipergunakan pada pertengahan abad ke-19. Kata ini berasal dari kata โAudireโ yang merupakan bahasa Latin. Arti kata โAudireโ adalah mendengar. Nah, pada masa itu para auditor berarti orang yang mendengarkan laporan keuangan suatu perusahaan. Dapat dikatakan bahwa pekerjaan ini telah ada sejak beberapa abad sebelum masehi tetapi dengan konsep yang lebih sederhana tentunya. Kegiatan audit bermula di negara – negara kuno seperti Mesopotamia, Roma, Inggris, Yunani, hingga India. Wah, sudah lama sekali bukan?
Apa tujuan audit?
Segala sesuatu selalu dilakukan dengan tujuan. Suatu proses yang dianggap penting tentu memiliki tujuan. Salah satunya adalah tujuan audit. Beberapa tujuan tersebut yaitu:
-
Mengecek kelengkapan
Salah satu poin penting dari terlaksananya audit adalah pemastian atas kelengkapan laporan yang dibukukan oleh sebuah perusahaan. Auditor perlu mengecek apakah semua transaksi yang dilakukan perusahaan benar – benar sudah tercatat dengan lengkap di dalam jurnal/laporan yang telah dibuat.
-
Memastikan ketepatan
Semua transaksi tidak hanya harus tercatat, tetapi harus tepat dan akurat. Laporan perusahaan yang tidak akurat berarti akan memberikan nilai minus pada laporan tersebut. Di sinilah tujuan audit, yaitu memastikan ketepatan laporan yang telah dibuat perusahaan.
-
Menyocokkan eksistensi isi laporan
Hal – hal yang ada dalam laporan harus benar – benar sesuai dengan kenyataan. Bahkan tanggal adanya kegiatan/transaksi tersebut harus sama dengan kejadian yang sebenarnya. Selain tanggal, nilai dan perincian juga harus sama dan sesuai kenyataan.
-
Memberikan penilaian
Dalam proses audit, auditor perlu memberikan penilaian apakah prinsip akuntansi yang berlaku umum telah diterapkan pada objek pemeriksaan yang dilakukan.
-
Memastikan klasifikasi yang sesuai
Auditor perlu memerhatikan dan menilai apakah laporan perusahaan sudah diklasifikasikan sesuai jenis transaksinya.
-
Menentukan pisah batas/cut – off
Catatan transaksi yang dilakukan di akhir periode akuntansi memiliki kemungkinan salah saji yang cukup besar. Auditor perlu memastikan apakah transaksi yang dicatat dekat dengan tanggal neraca berada pada periode yang sesuai.
-
Melakukan pengungkapan
Tujuan yang lain adalah memastikan bahwa pengungkapan terkait sudah disajikan dengan benar serta terdapat penjelasan yang wajar disertai catatan kaki pada laporan yang dibuat.
Bagaimana cara agar tujuan audit tercapai
Agar tujuan dari pemeriksaan laporan suatu perusahaan dapat tercapai, auditor perlu melakukan langkah-langkah atau metodologi yang telah didefinisikan untuk pelaksanaan proses audit. Langkah – langkah tersebut meliputi empat fase yang berupa:
-
Fase I : Perencanaan, perancangan, dan pendekatan audit
Ketiga aspek ini merupakan kunci dari kemungkinan terjadinya salah saji yang akan berdampak pada hasil akhir audit.
-
Fase II : Melakukan pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi
Pengujian pengendalian dilakukan auditor dengan meguji keefektifan pengendalian tersebut. Sedangkan pengujian substantif atas transaksi dilakukan oleh auditor dengan cara mengevaluasi catatan transaksi yang dibuat klien dengan memeriksa nilai moneter transaksi tersebut.
-
Fase III : Melaksanakan prosedur analitis dan pengujian rincian saldo
Prosedur analitis dilaksanakan untuk menilai wajar atau tidaknya data yang disajikan. Sedangkan pengujian rincian saldo dilakukan secara khusus pada laporan keuangan untuk menguji apakah terdapat salah saji nominal saldo.
-
Fase IV : Penyelesaian dan penerbitan laporan audit
Setelah dilakukan prosedur panjang tersebut, hasil pemeriksaan harus disatukan dan diberi penilaia/kesimpulan mengenai laporan perusahaan yang diperiksa. Proses ini berlangsung secara subjektif dan bergantung pada penilaian auditor. Auditor harus menerbitkan laporan audit sebagai pengiring laporan yang dibuat oleh perusahaan.
Perusahaan yang lulus pemeriksaan audit akan memiliki nilai plus di pandangan masyarakat. Dengan laporan yang sesuai kenyataan – baik laporan keuangan maupun laporan lainnya – suatu perusahaan akan terlihat bersih. Selain itu diperlukan juga sertifikat dari Badan Sertifikasi ISO untuk meningkatkan citra perusahaan sehingga nilai perusahaan semakin naik di pandangan masyarakat. ISO adalah badan yang menetapkan standar internasional yang diwakili oleh badan standardisasi nasional.